Puisi-puisi

Reni Putri Yanti (AP'19)

 

Jiwa-Jiwa Yang Terbengkalai

Menatapi diri dengan untaian tanya

Kaca-kaca kebenaran menjadi refleksi

Terlihat binaran mata yang penuh dosa

Guratan masa lalu yang kelabu

Hai jiwa-jiwa yang terbengkalai

Tidakkah diri ini kendatinya telah rusak?

Melihat orang lain dengan kesombongan

Menampilkan muka penuh dendam

Dimana lagi letaknya moral?

Tersembunyi atau sudah hilang?

Hai jiwa-jiwa yang terbengkalai

Jangan sampai kau jadi busuk bagaikan bangkai

Membunuh jiwa-jiwa lain yang masih putih

Mencorengnya dengan untaian kebohongan

(Padang Ganting, 21 November 2020)

 

Selembar Foto

Senyum, tawa menampakkan deretan gigi rapih

Binar mata bening berseri

Lugu, lucu

Sebuah momentum tak tertandingi

Kubingkai dengan baik

Walaupun kini hanya dipandangi

Tak akan bisa lagi kembali

(Padang Ganting, 21 November 2020)

 

Kuingat Amanojaku

“Ada seseorang di kepalaku”

Aku teringat Akmal Nesery Basral

Berputar terus seiring dengan lagu Amanojaku

Memaparkan lirik-lirik sedih ala Jepang

“iranai yo” – Aku tidak membutuhkannya

Terus mengalun dalam hening

Bisa kau sangkal keberadaanya?

Menyuruhnya pergi?

Dia berputar menggerogoti pikiranmu

Membentuk lingkaran yang bernama candu

Jadi siapa yang kamu pikirkan?

Jangan sampai Amanojaku

(Padang, 5 April 2021)

 

Kau Mau Apa?

Sewaktu-waktu kau tertawa

Kau menyuruhku diam

Sewaktu-waktu kau menangis

Kau menyuruhku menghiburmu

Sewaktu-waktu kau terbuai

Kau membuatku tak bernilai

Sewaktu-waktu kau berbicara

Kau menyuruhku jangan menyanggah

Sewaktu-waktu kau tidak menyadarinya

Kau tahu aku telah bisu

Takkan lagi mengganggu, memang tak pernah begitu

Kau mau apa?

(Padang Ganting, 21 November 2020)

 

Tidak Ingin Saja

Aku bisa membalas

Aku bisa menikam

Jiwa-jiwa sepi yang lama terdiam

Aku bisa terbang!

Melayang dalam pikiran

Kesendirian

Aku bisa menghancurkan batas penghalang

Tapi tidak ingin saja

Oh keinginan

Kadang diri ini tidak ingin

Tidak ingin membalas

Tidak ingin menikam

Namun hanya melayang tanpa suara

Haha, lagi-lagi hanya masalah tidak ingin

Kalau aku suatu saat ingin, habislah kau

(Padang, 5 April 2021)

 

Penulis bernama Reni Putri Yanti. Ia lahir tanggal 06 Juni 2000. Penulis berasal dari Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar. Penulis menyukai banyak hal, tetapi yang paling disukainya aroma hujan dan pandangan mata yang tidak berbohong. Beberapa puisinya telah dimuat dalam antologi bersama, diantaranya yaitu “Bukan Sekadar Merdeka” dan “Jejak Merah Putihku.” Serta berkontribusi dalam beberapa media online dan cetak lainnya. Untuk mengenalnya lebih lanjut bisa kunjungi account ig: renyputeri_ dan email: reniputriyanti125@gmail.com

”Lakukanlah yang terbaik, jika sudah tinggi jangan lupa membumi”.