Puisi-puisi
Kurnila Maruhawa
Seuntai Kalimat Berseru
seuntai kalimat berseru,
“Lihat, dia ada di sana menunggu.”
kini..
seolah lingkup diri belum memandang kembali hal serupa
pagi-pagi sekali dengan pakaian panjang memuji lorong-lorong hening
dengan sayup-sayup suara manusia menunggu hadir kembali
“Ada apa gerangan?”
berdiri dengan sepasang tatapan mata menyapu seluruh ruangan
langkah kaki beranjak dan bernyanyi dengan riang gembira
menyambut senyum setiap insan pada bangku warna cokelat
“Perkalian atau tambah-tambah?”
suara anggun menggema
pemantik terus berkobar
dengan lantang dia berseru,
“Permainan.”
(Selasa, 6 April 2021)
Rapuh
tulisanku sudah ringkih bersama pikiran tak tahu alur
sudah sekian lama membisu layaknya ruang yang pernah berlalu
waktu itu bersama rindu yang kau bawa kepadaku
aku menunggu-frasa yang selalu aku ucap di malam Minggu
sekarang sudah saatnya melepas peluh
memang begitu. Ucapmu seraya berlalu
hati teriris pilu menahan sendu
(Rabu, 7 April 2021)
Mahasiswa
di suatu tempat berkumpulnya para mahasiswa, lantang berseru …
hidup mahasiswa!
hidup mahasiswa!
hidup mahasiswa!
lain waktu, Si Lantang Penyeru
duduk santai
menikmati aroma kopi
dengan musik indie-sebut saja
memandangi pantai yang sudah dihiasi sampah
kedua kaki menghimpit kursi yang sedari tadi sudah muak melihat tingkahnya
(Jumat, 9 April 2021)
Tak Berguna
kala pemimpin sudah telanjang menanggalkan kemanusiaan
lalu memakai baju kesombongan …
maka seperti guncangan gempa merobohkan bangunan
runtuh pada negri yang sudah dikoyak-koyak
para pengkhianat menabur duit
menunggu tumbuh subur …
dipetik, diolah oleh tangan-tangan berdarah dingin
di negri sendiri kau sampah tak berguna
(Sabtu, 10 April 2021)
Memendam Rasa
memendam rasa memang aku tidak setabah hujan Bulan Juni
segala luapan emosi ingin rasanya kukeluarkan hingga berharap
kelar
kau tahu …
siapa yang paling menyaksikan air mata selalu bertamu di pipi?
siapa yang gemar bermain musik isakan tangis menemani suara jam berdenting?
siapa yang berani tenggelam dalam larut malam bersama sembabnya mata?
tubuhku layu dan rapuh
setiap hari menyanyikan melodi tangisan
mengaburkan ruang dan pikiran
memangil-manggil peredup saksi bisu dalam bayang-bayang
(Minggu, 11 April 2021)
Profil penulis:
Hallo, namaku Kurnila Maruhawa, akrab disapa Nila. Saat ini tengah menjalani perkuliahan di Universitas Andalas Jurusan Administrasi Publik. Mengenai tulis menulis puisi, aku kurang pandai.Hehe… Jadi, mohon kritik dan sarannya, ya. Oh iya, bagi teman-teman yang berdiskusi soal kepenulisan puisi atau jenis tulisan lainnya, boleh kontak aku di email: kurnilamaruhawa@gmail.com.
Terimakasih dan salam kenal, ya. 🙂
It’s the same topic , but I was quite surprised to see the opinions I didn’t think of. My blog also has articles on these topics, so I look forward to your visit. casinocommunity
I may need your help. I tried many ways but couldn’t solve it, but after reading your article, I think you have a way to help me. I’m looking forward for your reply. Thanks.